Sunday, May 30, 2010

Bumi Resources (BUMI.JK) - Alert: Intimation from Analyst Meet

We came away from the meeting reassured that the planned EGM, slated for June 24, is unlikely to be postponed again.

After repeatedly circumventing queries from analysts, Bumi’s management gingerly put the odds at 95% that the EGM would proceed as scheduled.

The key risk, in our opinion is that the potential investor for the non pre-emptive share could ask for postponement as the current share price is 27% below the minimum price set by exchange regulations. We estimate the minimum price for the non pre-emptive issuance at Rp2,350/share.

We think the possibility will ultimately depend on 1) who the potential investor would be and 2) how Bumi’s share price performs in the next couple of weeks. If the investor turns out to be CIC, as we surmise, then the risk of another delay is not as high as in the case if another investor comes in. This is because CIC might be more willing to take a longer-term view, which justifies the high premium it pays to the current share price as Bumi’s coal reserves alone (at Rp2,350/share) is valued at less than US$2/t. However, we think the temptation and/or pressures to postpone the schedule for the potential investor could well outweigh this consideration, especially if Bumi’s share price substantially weakens further.

In any case, the date to watch for is June 9, when Bumi is expected to make additional information if the non pre-emptive issuance would proceed as scheduled and possibility that the identity of the potential investor might be revealed.

Bumi Resources (BUMI.JK; Rp1,710)

Company description

Bumi is controlled by the Bakrie family and has grown aggressively through acquisitions since 2002, now owning substantially all (65% and 70% respectively) of Kaltim Prima Coal and Arutmin Coal. Arutmin operates a 30k ha concession in South Kalimantan with coal production totaling 16.8m tons (75% for export). Kaltim Prima Coal operates a 90k ha site in East Kalimantan with coal production of 28m tons (95% for export). Combining KPC and Arutmin, Bumi is the third-largest thermal coal exporter in the world.

Investment strategy

We have a Buy/High Risk rating on Bumi. The share price has been hit by issues surrounding the Bakrie group's (BNBR had held 35% of Bumi) de-leveraging. However, the Bakrie group managed to settle its debts and the share prices of its affiliates have rebounded well off their lows. We believe the risk of share overhang has greatly diminished. As Indonesia's largest coal-miner, Bumi will continue to benefit from growing domestic and regional coal demand - Bumi is the largest exporter to the Asian region. The Asian coal theme has been and remains extremely potent, and has been the driver behind Bumi's share price performance over the past years. As such, Bumi's large exposure to the export market should mean that the company would see its earnings most leveraged to the price upcycle.

Valuation
Our target price for Bumi of Rp3,300 is set at 2.7x 2011E EV/EBITDA. This is based on a 55% discount to the valuation benchmark for Bumi's domestic peers (ie, a 2011E EV/EBITDA of 6.0x, derived by applying a 15% discount to the 2011E EV/EBITDA average for global coal stocks). We have opted to use EV/EBITDA as our valuation metric to avoid distortions caused by differences in tax rates between Indonesian companies and their regional peers. We apply the 55% discount for Bumi to reflect the company's higher risk profile and high gearing. At our target
price, Bumi would trade on 2010 P/E and 2011 P/E of 12.9x and 8.7x, respectively.

Risks
We rate Bumi Resources High Risk, rather than assign the Speculative flag suggested by our volatility-based quants risk rating system, as we believe the risks from the repo overhang and BNBR's financial predicament have largely diminished.

Risks that could hamper the share price from reaching our target price include:
1) lower coal price and production realization
2) further aggressive gearing up that could substantially raise Bumi's risk profile
3) corporate actions that could be perceived as detrimental to minority shareholders' interests.

KLBF Masih Akan Bertumbuh Signifikan Hingga Akhir 2010

KLBF telah mencatat pertumbuhan pendapatan yang signifikan. Sebagai salah satu pelaku usaha farmasi domestik dengan pangsa pasar yang cukup tinggi didukung oleh produk produk perusahaan yang inovatif dan bervariasi menjadi salah satu penyebab perkembangan KLBF. Untuk menjaga revenue share dan kinerja baik yang berkesinambungan, pada tahun depan KLBF berencana untuk mengakuisisi beberapa perusahaan farmasi yang diharapkan akan mendukung kinerja pertumbuhan usaha di masa yang akan datang. Menurut sumber internal, perusahaan yang bergerak dalam bisnis obat resep, obat bebas dan produk konsumen menjadi beberapa pilihan KLBF. Untuk melancarkan upaya tersebut, perusahaan telah menganggarkan alokasi belanja modal sebesar Rp 1.2triliun, dimana dari total dana tersebut sekitar akan menggunakan kas internal perusahaan.

Kami melihat uapaya akusisi tersebut akan memebrikan dampak yang signifikan bagi pertumbuhan usaha di tahun tahun yang akan datang. Variasi produk serta efisiensi termasuk potensi peningkatan pangsa pasar yang didukung oleh produk yang berkualitas pasca akuisisi tersebut juga akan menjadi beberapa katalis pertumbuhan perusahaan tahun 2010. Kami juga
melihat dari sisi arus kas yang memungkinkan KLBF untuk dengan mudah melakukan aksi tersebut.

Meskipun health expenditure negara Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan beberapa negara tetangga termasuk ukuran pasar yang besar dan potensi meningkatnya obat gelap yang dapat menggangu kinerja pertumbuhan industri dan berdampak pada penurunan permintaan termasuk masih rentannya kinerja pelaku usaha farmasi domestik karena memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap fluktuasi harga bahan baku berpotensi menjadi beberapa sentimen negatif yang dapat menghambat perkembangan industri farmasi di Indonesia.Meskipun tingkat persaingan yang semakin ketat serta potensi masuknya pemain baru farmasi kedalam pasar Indonesia berpotensi mempengaruhi posisi KLBF di pasar, namun kami tetap yakin sebagai salah satu perusahaan farmasi terbesar di Asia Tenggara didukung oleh 1juta jaringan outlet di seluruh Indonesia, serta posisi kas internal yang terus mencatat pertumbuhan termasuk penurunan rasio days inventory berpotensi menjadi beberapa katalis penggerak pertumbuhan KLBF di masa yang akan datang. Kami masih konsisten dengan sudut pandang optimis dan memberikan rekomendasi BUY dengan target harga Rp 1.900 per lembar saham.

Dividen Aneka Tambang (ANTM) 2009

Rapat umum pemegang saham yang baru saja digelar menyetujui pembagian dividen senilai Rp 241.723 miliar atau sama dengan 40% total keuntungan yang dibukukan perusahaan. Dengan demikian dividen ANTM untuk tahun buku 2009 per lembar sahamnya senilai Rp 25.383.

Sudah menjadi kebiasaan bagi ANTM untuk membagikan keuntungan perusahaan sebanyak 40% dalam bentuk dividen dari tahun ke tahun. ANTM pada tahun lalu belum melakukan pembayaran interim. Dengan penutupan harga terakhir, maka perhitungan yield dividen ANTM berada di 1,3% saja atau kurang menarik.

Secara tahunan, kami memproyeksikan ANTM akan membukkan laba bersih yang lebih baik di tahun ini terutama dibantu oleh volume penjualan emas yang lebih besar di tahun ini dari sekedar sebagai mediator. Harga penjualan komoditas baik emas dan nikel di tahun ini juga secara rata-rata kami proyeksikan lebih baik daripada tahun lalu sehingga laba bersih ANTM menurut kami dapat menjadi Rp 1.1 triliun dari Rp 604 triliun. Perhitungan harga wajar setelah
proyeksi keuangan ANTM berada di Rp 2900 yang mana memberikan potensi keuntungan investasi 52% oleh karena itu kami masih memberikan rekomendasi BUY untuk ANTM.

Indeks akan Bergerak Fluktuatif

Pada dua hari perdagangan terakhir indeks mengalami penguatan yang signifikan dengan akumulasi sebesar 200 poin (7,9%). Memasuki hari pertama perdagangan minggu ini kami perkirakan indeks akan bergerak fluktuatif dengan potensi untuk ditutup terkoreksi. Pada Jumat malam indeks Dow Jones terkoreksi cukup signifikan sebesr 122,4 poin (1,2%). Fitch menurunkan peringkat utang Spanyol menjadi AA+ dari sebelumnya AAA. Sementara bursa regional Asia Pasifik pada pagi ini dibuka bervariasi dengan Nikkei menunjukkan pelemahan tipis sementara Strait Times mengalami kenaikan yang signifikan.

Pergerakan harga logam di LME menunjukkan arah negatif, terutama untuk komoditas nikel. Begitu juga dengan kurs rupiah yang menunjukkan sedikit pelemahan menjadi Rp9.210 per US$ dari sebelumnya Rp9.165 per US$. Kami perkirakan hari ini indeks akan bergerak di kisaran 2690 sampai 2750.

MORNING NEWS

Rumor Bursa
Cermati Saham KIJA

INILAH.COM, Jakarta - Konsorsium broker dikabarkan akan menarik saham PT Jababeka Tbk (KIJA) diatas level Rp125-150 untuk jangka pendek.

Hal ini terkait rencana ekspansi perseroan ke sektor pariwisata dan membuka akses kawasan tol Jakarta-Cikampek serta mengembangkan bisnis listrik. Selain itu, penjualan saham private placement dari investor asing yang turut meopang pergerakan sahamnya.

Pada penutupan perdagangan bursa akhir pekan lalu harga saham KIJA ditutup menguat tiga poin ke level Rp91. [san/cms]


Rumor Bursa
Bandar Kerek Saham AISA

INILAH.COM, Jakarta - Kabar di pasar berhembus ada sejumlah bandar yang akan menggerek saham PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) menuju Rp700.

Sejumlah aksi korporasi perseroan seperti akuisisi kebun kelapa sawit dan rencana pembangunan pembangkit listrik akan menjadi sentimen positif untuk perseroan. Selain itu, perseroan disebut-sebut berniat mengakuisisi perkebunan dan ekspansi bisnis pada 2010.

Sementara itu, pada penutupan perdagangan bursa akhir pekan lalu harga saham AISA ditutup menguat 10 poin ke Rp485. [san/cms]



Bursa Masih 'Volatile', Pilih Saham 'Lagging'
Natascha & Asteria

INILAH.COM, Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin (31/5) masih akan bergerak volatile. Pilih saham yang masih lagging seperti INDF dan ELSA.

Mohamad Reza, analis dari Erdhika Securities memprediksikan ada peluang kenaikan indeks. Kendati demikian, apresiasi ini belum pasti, meskipun akhir pekan lalu sudah ada foreign fund yang masuk karena penguatan rupiah atas dolar AS. “Indeks awal pekan ini tampaknya masih bergerak volatile,†katanya kepada INILAH.COM.

Menurutnya, kalau indeks sudah menembus level resistan di 2.730, maka penguatan akan berlanjut ke level 2.760 kemudian 2.800. Namun, karena akhir pekan lalu, indeks ditutup di bawah level 2.730, maka belum ada konfirmasi pembalikan arah. “Indeks bahkan mungkin akan mengarah ke 2.500,†katanya.

Hal ini didukung sentimen negatif dari memburuknya WallStreet. Indeks Dow Jones turun 122,36 poin (1,19%) ke 10.136,63, indeks 500 S&P merosot 13,65 poin (1,24%) menjadi 1.089,41 dan indeks Nasdaq turun 20,64 poin (0,91%) ke 2.257,04. Penurunan saham-saham dipicu downgrade lembaga pemeringkat Fitch terhadap nilai kredit Spanyol. Hal ini kembali menghidupkan kekhawatiran tentang isu utang di Eropa.

Di tengah tingginya volatilitas pasar, Reza menyarankan investor untuk trading, terutama untuk saham yang belum naik signifikan kemarin (lagging). Dua saham pilihannya adalah PT Elnusa() dan PT Indofood (). "Rekomendasi trading pada saham-saham ini," ujarnya.

Pergerakan saham ELSA dinilai masih cenderung stagnan, padahal kondisi perusahaannya cukup solid dan ada pembagian dividen. Selain itu, imbuhnya, saham ELSA kelihatannya akan ada tender offer, karena ada akumulasi saham ELSA dalam jumlah yang besar di pasar.

Saat ini sudah mendekati jadwal finalisasi penjualan saham ELSA oleh Tridaya Esta (TDE). Bila BISI tidak membayar kekurangannya hingga waktu yang ditentukan, maka sisa saham ELSA akan diserahkan ke pembeli strategis baru.

Sementara INDF menarik lebih karena kenaikannya yang tertinggal ketimbang emiten lain. Selain karena emiten ini merupakan saham defensif, dengan pasar utamanya adalah domestik. Di tengah situasi di Eropa yang tidak pasti dan mempengaruhi pasar ekspor, INDF tidak terimbas banyak. “Hal ini terutama karena pangsa pasarnya di domestik cukup kuat menopang,†pungkasnya.

Pada perdagangan Kamis (27/5), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,64% ke level 2713,923. Perdagangan di Bursa Efek Indonesia cukup ramai, dimana volume transaksi tercatat sebesar 11,640 miliar lembar saham, senilai Rp5,761 triliun dan frekuensi 158.934 kali. Sebanyak 127 saham naik, 71 saham turun dan 50 saham stagnan. [mdr]


Tiga Isu Besar Tekan BUMI Sepekan
Agustina Melani

Sepekan ini, saham PT Bumi Resources (BUMI) membukukan penurunan sebesar 2,7%. Tiga isu negatif yang cukup besar, menyertai pergerakan saham tambang betubara ini.

Mengawali pekan ini, saham BUMI dua hari berturut-turut anjlok cukup signifikan, mencapai 19,5%. Penurunan pada Senin (24/5) sebesar Rp345 ke level Rp1.780, dilanjutkan dengan koreksi pada keesokan harinya sebesar Rp70 ke Rp1.710. Adapun nilai transaksi tercatat aktif, mencapai Rp1,3 triliun.

Vice President PT Valbury Securities Nico Omer J mengatakan,selama dua hari saham BUMI mengalami penurunan karena tiga isu yang menyertainya. Pertama adalah isu bahwa BUMI akan melakukan penawaran saham umum terbatas di pasar. “Hal ini membuat harga saham BUMI tertekan di hari pertama perdagangan,†katanya kepada INILAH.COM, akhir pekan kemarin.

Sentimen lain penekan pergerakan BUMI berasal dari lembaga pemeringkat Moodys Investor Service yang menurunkan peringkat utang BUMI, karena kas perseroan yang sangat ketat.

Perseroan diperkirakan akan kesulitan membayar utang yang jatuh tempo dalam 12 bulan ke depan. Berdasarkan laporan keuangan 2009, total kewajiban perseroan mencapai 5,81 miliar dollar AS.

Isu yang juga membebani pergerakan BUMI adalah terkait rencana anak usaha Bakrie ini untuk melepas 20% saham PT Delta Dunia Makmur (DOID). “Aksi ini mempersempit peluang BUMI mencaplok Berau Coal,†paparnya.

Namun, lanjut Nico, setelah dua hari tertekan, harga saham BUMI berhasil berbalik arah dan ditutup menguat Rp340 ke level Rp2.050. "Harga saham BUMI kembali naik signifikan setelah kantor pajak memenangkan KPC di pengadilan dalam kasus pajak," tuturnya.

Mahkamah Agung memenangkan Kaltim Prima Coal (unit usaha BUMI), dalam kasus perpajakan senilai Rp1,5 triliun melawan Dirjen Pajak. Menurut pengacara KPC, putusan ini semakin menguatkan bahwa KPC tidak melakukan pelanggaran.

Seperti diketahui, Dirjen Pajak pada 14 Desember 2009 menyatakan bahwa KPC, BUMI, dan Arutmin telah melakukan pelanggaran pajak senilai masing-masing Rp1,5 triliun, Rp376 miliar, dan Rp 300 miliar, sehingga harus diadakan proses penyidikan.

Pengadilan pajak yang telah memutuskan KPC tidak bermasalah dengan pajaknya pada 8 Desember 2009 lalu karena tidak adanya alasan dan bukti yang kuat, secara otomatis kembali membatalkan surat pemeriksaan bukti permulaan yang diajukan Ditjen Pajak pada 4 Maret 2009.

Ia menambahkan, kenaikan harga saham BUMI juga didukung rencana perseroan untuk menerbitkan saham baru tapi melalui non pre-emptive right (bukan right issue) dan akan diminta persetujuan RUPSLB pada tanggal 24 Juni 2010.

Mengikuti peraturan Bapepam maka jumlah maksimal saham yang dapat diterbitkan melalui non pre-emptive rights sebanyak 10% dari jumlah saham beredar dan harga pelaksanaan berdasarkan harga rata-rata penutupan di pasar reguler selama 25 hari atau Rp2,328/saham.

BUMI berusaha untuk menurunkan level utang (deleveraging) sebesar US$1-1.2 miliar dalam waktu 6-12 bulan ke depan. Saat ini Debt/EBITDA mencapai 3.5x sementara batas debt covenant dari CIC sebesar 4.1 kali. Keinginan BUMI menurunkan utang sangat positif. “Apalagi semester kedua ini ada obligasi BUMI yang jatuh tempo, sehingga cash flow perusahaan agak sedikit terganggu," ujar Nico.

Namun, pernyataan Ditjen Pajak yang tetap melanjutkan proses penyidikan dugaan

pidana pajak KPC, meski MA telah menolak permohonan peninjauan kembali (PK), meredam sentimen positif atas saham BUMI.

Emiten ini pun ditutup turun tipis Rp25 ke Rp2.025. Disebutkan bahwa putusan MA hanya terkait dengan proses administratif dalam penerbitan surat perintah pemeriksaan bukti awal sehingga tidak akan mempengaruhi proses penyidikan.

Sedangkan Nico meramal, harga saham BUMI pekan depan masih cenderung fluktuaktif seiring perkembangan bursa. Harga saham diperkirakan akan ada di kisaran 1.800-2.300. "Investor bisa jual saat naik," pungkasnya. [ast/mdr]


IQplus (31/5) - Dividen PT Jasa Marga Tbk (JSMR) sebesar Rp87,9076 per lembar saham akan
dibayar pada 15 Juli 2010. Sedangan cum dan ex dividen Jasa Marga di pasar reguler dan negosiasi pada 28 dan 29 Juni 2010, sementara cum dan ex dividen di pasar tunai pada 1 dan 2 Juli 2010, dan tanggal daftar pemegang saham yang berhak dividen (Recording Date) pada 1 Juli 2010.


Indofarma Bidik Pertumbuhan Laba 400%

JAKARTA. PT Indofarma Tbk (INAF) menargetkan laba bersih tahun ini bisa mencapai Rp 10 miliar. Target ini meroket sekitar 400% dari penerimaan laba tahun 2009 lalu, yang hanya mencapai Rp 2,12 miliar.

P. Soedibyo, Presiden Direktur PT Indofarma Tbk, menuturkan, porsi penjualan jenis obat tanpa resep dokter (OTC) menjadi jurus utama INAF mencapai target tersebut. "Margin keuntungan OTC jauh lebih besar daripada jualan obat generik," ujarnya, Kamis (27/5).

Bahkan, lanjut Soedibyo, sebenarnya margin penjualan obat OTC bisa mencapai Rp 20-30 miliar dalam setahun. Namun, lantaran terpangkas biaya pemasaran dan distribusi, INAF pun hanya berani menargetkan laba bersih sebesar Rp 10 miliar.

Tak hanya memasarkan secara domestik, INAF berencana meekspor produk ODC ke beberapa negara. Di antaranya adalah Irak, Afganistan, Filiphina dan SIngapura.

Ade Jun Firdaus



KINERJA EMITEN
KLBF Bagi Dividen Rp 234 miliar

JAKARTA. PT Kalbe Farma Tbk berniat membagikan dividen dari laba bersihnya pada 2009 yang sebesar Rp 929 miliar. Rencananya, KLBF akan membagi dividen sebesar Rp 234 miliar.

"Dividen yang akan kami bagikan sekitar 25% dari laba bersih," ungkap Vidjongtius, Sekretaris Perusahaan KLBF, hari ini. Menurut Vidjongtius, dividen final per sahamnya adalah Rp 25 per saham.

Sayang, Vidjongtius masih enggan mengungkapkan kapan dividen ini akan dibagikan. "Nanti akan kami umumkan," ucapnya. Yang pasti, investor bisa senang dengan pembagian dividen ini.

Abdul Wahid Fauzie



IQplus (31/5) - Dua bank asing Standard Chartered Bank dan Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ Ltd memberikan fasilitas perbankan masing-masing senilai 20 juta dolar AS dan 10 juta dolar AS untuk pengembangan bisnis PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO). Direktur PT Trikomsel Oke Tbk Juliana Samudro melalui siaran persnya di Jakarta, Minggu, menjelaskan pihaknya akan menggunakan fasilitas perbankan untuk modal kerja perseroan dalam mengembangkan bisnis inti dan melakukan ekspansi bisnis dalam upaya mengantisipasi dan memanfaatkan tren pasar yang terus berkembang serta peluang yang masih terbuka lebar. "Kinerja yang baik yang telah dicapai perseroan selama ini telah memberikan kepercayaan bank-bank untuk memberikan dukungan secara finansial berupa modal kerja, sehingga ke depannya kami yakin perseroan akan terus berkembang untuk menjadi yang lebih baik lagi dan terdepan di industri tersebut," ujarnya.