Wednesday, June 23, 2010

Wijaya Karya (WIKA): Bisnis Baru Anak Usaha

PT Wika Intrade, salah satu anak usaha WIKA, membentuk perusahaan baru
dengan nama PT Wijaya Karya Intrade Energy. Modal dasar pembentukan
perusahaan tersebut adalah Rp20,68 milyar. Penyertaan modal Wika Intrade
terhadap Wijaya Karya Intrade Energy dalam bentuk aset berupa bangunan,
mesin, peralatan, peralatan kantor serta unit bisnis konversi energi.

Perusahaan baru ini akan bergerak dalam bidang industri dan perdagangan
umum yang terkait dengan energi yang dapat diperbarui. Tujuannya untuk
meningkatkan daya saing baik dalam lingkup nasional maupun internasional.
Kami menilai melalui pendirian cucu usaha WIKA khusus dalam bidang energi
akan semakin memantapkan usaha perseroan untuk meningkatkan
pertumbuhan kinerjanya. Dengan makin dibutuhkannya tambahan energi untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan masyarakat, diharapkan produk yang
dihasilkan oleh Wijaya Karya Intrade Energy akan dapat diserap dengan baik
oleh pasar. Wika Intrade sebelumnya telah juga memproduksi tabung gas LPG 3
kg untuk mendukung program pemerintah dalam rangka konversi penggunaan
minyak tanah menjadi gas. Untuk kinerja tahun 2010F kami perkirakan WIKA
akan membukukan pendapatan Rp8,86 trilyun dengan laba bersih Rp360
milyar. Target harga saham WIKA adalah Rp560 dengan menggunakan metode
DCF. Rekomendasi: BUY.

CAPEX UNTR Sebesar USD30juta Potensi Dorong Kenaikan Laba Bersih

untuk melakukan sejumlah aksi korporasi melalui ekspansi usaha. Adapun bisanis
yang akan semakin digeluti adalah di bidang batu bara. Pada awal pertengahan
hingga pertengahan tahun 2010, UNTR berencana untuk menambah dua
tambang batu bara untuk mendukung peningkatan kinerja operasional usaha di
tahun yang akan datang. Lokasi tambang yang akan diakuisisi tersebut berada di
wilayah Kalimantan Tengah, dimana masing masing tambang diharapkan
memiliki kandungan sebesar 5.800 kkal. Untuk mendukung aksi tersebut,
melalui induk usahanya, perusahaan telah menyiapkan dana sebesar USD 75juta.
Adapun dana tersebut merupakan sisa hasil right issue. Selain dana tersebut,
UNTR juga telah mengalokasikan belanja modal senilai USD 430juta yang akan
difokuskan untuk memperbaharui alat alat berat pertambangan.

Pasca pembelian dua tambang tersebut kami lihat pendapatan UNTR akan
berpotensi untuk mengalami peningkatan secara signifikan, dan pada akhirnya
akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap total pendapatan
konsolidasi perusahaan. Potensi pemulihan perekonomian domestik yang akan
didukung oleh potensi peningkatan permintaan terhadap kebutuhan alat berat
menjadi salah satu katalis yang telah kami perhitungakan didalam melakukan
valuasi saham UNTR. Demikian pula halnya dengan telah beroperasinya secara
komersial salah satu tambang UNTR (Tuah Turangga Agung) yang memiliki aqrea
tambang dengan cadangan sekitar 40juta ton dengan tingkat kandungan kalori
sebesar 6.300 kkal juga berpotensi memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap total revenue konsolidasi perusahaan.

Hingga akhir tahun 2010, UNTR mentargetkan divisi construction machinery
akan bertumbuh setidaknya sebesar 15%, sementara untuk lini usaha
pertambangan ditargetkan pertumbuhan produksinya akan mencapai 73juta ton
diluar penambahan akuisisi dua tambang baru. Pertumbuhan pendapatan,
perkembangan usaha serta potensi kuatnya arus internal kas yang
berkesinambungan dan akan memberikan dampak yang cukup signifikan
terhadap penurunan tingkat hutang bersih perusahaan juga menjadi beberapa
kekuatan lain dari UNTR.

Kami memprediksikan perusahaan berpotensi membukukan kenaikan penjualan
menjadi Rp 31.97triliun (FY010) dengan pertumbuhan laba bersih yang cukup
signifikan menjadi Rp 3.50triliun (FY010F). Kami masih konsisten dengan sudut
pandang positif kami dan memberikan rekomendasi BUY untuk UNTR dengan
target harga selama 12 bulan kedepan sebesar Rp 19.000 per lembar saham.

TRAM Peroleh Pinjaman US$ 35juta

PT. Trada Maritime (TRAM) memperoleh pinjaman dari IFC sebesar US$ 35juta
atau setara dengan Rp 315miliar (1US$ Rp 9.000). Adapun dana tersebut akan
sepenuhnya digunakan untuk keperluan belanja modal perusahaan tahun ini.
Total alokasi belanja modal yang telah dianggarkan perusahaan (FY10) adalah
sebesar US$ 200juta. Dari total dana tersebut, sebagian besar akan digunakan
untuk menambah armada kapal perusahaan dan menyempurnakan kapal lama.
Setidaknya pembelian sebanyak 10 kapal tongkang dan sejumlah kapal tanker
dan curah, termasuk modifikasi kapal tanker menjadi kapal penyimpanan dan
pengisian minyak mentah telah direncanakan serta menjadi beberapa prioritas
perusahaan dalam rangka mendorong pertumbuhan pendapatan hingga akhir
tahun ini. Kami melihat rencana ekspansi usaha yang akan dilakukan tersebut
akan berpotensi memicu pertumbuhan usaha.

Namun demikian, potensi stagnanya permintaan sebagai akibat supply yang
berlebih seiring dengan penerapan asas asas cabotage telah menjadi salah satu
pertimbangan kami didalam melakukan analisa terhadap TRAM. Perkembangan
dan penetrasi pasar melalui perpanjangan kontrak kerja dan perolehan kontrak
kontrak baru masih berpotensi dialami oleh TRAM.

Kami masih memiliki sudut pandang yang konsisten terhadap perkembangan
sektor perkapalan di Indonesia dan memberikan rekomendasi NEUTRAL. NOT
RATED untuk TRAM.

Pergerakan Indeks Hari Ini akan Fluktuatif

Setelah mengalami penurunan selama dua hari berturut-turut, kami perkirakan
pada hari ini indeks akan mencatat pergerakan fluktuatif dengan kecenderungan
untuk dapat melemah kembali. Sentimen yang berasal dari pergerakan indeks
bursa global untuk mengangkat indeks hari ini sangat minim. Semalam Dow
Jones hanya mengalami penguatan tipis sebesar 5 poin (0,05%). Data penjualan
rumah baru di Amerika Serikat pada Mei 2010 menunjukkan penurunan 33% mom
menjadi angka yang dianualisasikan sebesar 300.000, jauh di bawah perkiraan
ekonomis sebesar 430.000. Pergerakan bursa regional Asia Pasifik pada pagi ini
secara keseluruhan tidak menunjukkan perubahan signifikan. Harga logam di
LME juga cukup bervariasi, dengan nikel dan timah mengalami penurunan yang
cukup signifikan. Namun di sisi lain rupiah terus menunjukkan penguatannya
yang berada di posisi Rp.9.043 per US$. Kami perkirakan hari ini indeks akan
bergerak di kisaran 2910 sampai 2935.

MORNING NEWS

IQplus (24/6) - Saham-saham Amerika Serikat bervariasi pada Rabu, setelah penjualan rumah baru jatuh ke rekor rendah dan Federal Reserve memberi isyarat hati-hati atas pemulihan ekonomi AS sambil tetap mempertahankan suku bunga sangat rendah. Dow Jones Industrial Average naik 4,92 poin (0,05 persen) menjadi 10.298,44 sedangkan indeks teknologi Nasdaq turum 7,57 poin (0,33 persen) pada 2.254,23. Indeks S&P 500, ukuran lebih luas dari pasar, mundur 3,27 poin (0,30 persen) menjadi 1.092,04.

Sentimen pasar berkurang setelah pemerintah mengatakan penjualan rumah baru turun 32,7 persen dari bulan sebelumnya menjadi 300.000 pada Mei, meningkatkan prospek perlambatan pemulihan ekonomi. Selain itu, pernyataan oleh para pembuat kebijakan Federal Reserve setelah pertemuan dua hari "ditimbang dengan pandangan murung terutama terhadap perekonomian," kata analis Elizabeth Harrow dari Schaeffer`s Investment Research. Tapi analis di Charles Schwab & Co mengatakan bahwa "sementara The Fed menurunkan penilaian ekonomi dengan memperhatikan kondisi pasar keuangan yang kurang mendukung, mempertahankan suku bunga rendah di tengah ketidakpastian global diambil positif oleh beberapa pedagang."


IQplus (24/6) - Federal Reserve (Bank Sentral) AS mempertahankan suku bunga utama di terendah sepanjang sejarah pada Rabu, sesuai perkiraan secara luas, dan mengatakan ekonomi masih terus pulih dari resesi. Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengatakan bahwa pihaknya mempertahankan target suku bunga dana federal antara nol dan 0,25 persen dan akan tetap di sana "untuk masa diperpanjang."

"Informasi yang diterima sejak Komite Pasar Terbuka Federal bertemu pada April menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi berjalan dan bahwa pasar tenaga kerja meningkatkan secara bertahap," kata panel pembuat kebijakan dalam sebuah pernyataan. FOMC "terus mengantisipasi kondisi ekonomi, termasuk tingkat pemanfaatan sumber daya yang rendah, tren inflasi, dan harapan inflasi stabil, kemungkinan untuk menjamin tingkat yang sangat rendah dari dari bunga federal fund untuk jangka waktu yang diperpanjang." The Fed menurunkan suku bunganya ke titik terendah dalam sejarah pada Desember 2008, setahun setelah ekonomi terbesar di dunia tergelincir ke dalam resesi.


IQplus (24/6) - Harga minyak dunia merosot pada Rabu, karena estimasi cadangan Amerika Serikat lebih tinggi dari yang diperkirakan dan tanda-tanda yang terbatas dari pemulihan ekonomi. Di New York kontrak berjangka utama minyak mentah, jenis light sweet untuk pengiriman Agustus, merosot 1,50 dolar menjadi 76,35 dolar per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus jatuh 2,13 dolar menjadi 76,27 dolar per barel pada transaksi sore hari. Departemen Energi Pemerintah AS (DoE) mengatakan Rabu, bahwa cadangan minyak mentah Amerika melonjak sebesar 2,0 juta barel pada pekan yang berakhir 18 Juni menunjukkan lemahnya permintaan energi. Itu mengejutkan pasar karena perkiraan untuk turun tajam 1,0 juta barel, menurut analis yang disurvei oleh Dow Jones Newswires.

Stok Bensin turun 800.000 barel, yang mengalahkan proyeksi naik 300.000 barel. "Kami punya laporan beragam lain, sejak angka produk yang mendukung yang dibayangi meningkatnya cadangan minyak mentah," kata analis Andrey Kryuchenkov dari VTB Capital. "Kami masih memperkirakan peningkatan jumlah bensin dari sini dan ke dalam kuartal ketiga, dengan musim berkendara musim panas AS dalam ayunan penuh dan dengan tren musiman utuh."

IQplus (24/6) - Mayoritas saham jepang turun setelah penjualan rumah AS turun lebih dari perkiraan dan Fed mengindikasikan bahwa krisis utang di eropa akan memukul pertumbuhan ekonomi.

Saham Nissan Motor turun 1,1 persen.Sony Corp turun 0,8 persen dan Nippon Yusen turun 1,2 persen. Nikkei 225 turun 0,1 persen menjadi 9911,70 jam 9:16 waktu tokyo dan topix bergerak tipis di 880,38.

IQplus (24/6) - Penjualan rumah baru keluarga tunggal di Amerika Serikat merosot hampir 33 persen pada Mei ke rekor terendah setelah berakhirnya keringanan pajak, data pemerintah menunjukkan Rabu. Departemen Perdagangan mengatakan penjualan rumah baru untuk keluarga tunggal disesuaikan musiman tingkat tahunan mencapai 300.000 pada Mei, 32,7 persen di bawah revisi April pada 446.000.

Kecepatan ini yang paling lambat sejak Januari 1963, ketika departemen memulai serangkaian data, dan jauh di bawah rata-rata perkiraan analis 430.000. Mundurnya penjualan rumah baru diperkirakan setelah pembeli bergegas untuk memenuhi batas waktu 30 April untuk kontrak menjadi ditandatangani, mendorong kenaikan penjualan April.

Penjualan rumah baru, yang dilaporkan pada penandatanganan kontrak, telah melonjak pada Maret dan April. Tapi departemen merevisi turun tajam perkiraan semula. Harga jatuh untuk kedua bulan berturut-turut pada Mei. Harga rata-rata jatuh 1,0 persen menjadi 202.900 dolar, tingkat terendah sejak Desember 2003. Pasokan rumah baru untuk dijual pada akhir Mei adalah 213.000, mewakili persediaan 8,5 bulan pada laju penjualan saat ini. Pada April kecepatan itu 5,8 bulan, dengan 214.000 rumah di pasar.



Cermati Saham OKAS

INILAH.COM, Jakarta - Saham PT Ancora Resources Tbk (OKAS) bakal diburu bandar terkait keberhasilan anak usaha, PT Bormindo Nusantara mendapat kontrak dari perusahaan tambang emas dan tembaga.

Bormindo mendapat proyek dari PT Newmont Nusa Tenggara dan PT Freeport Indonesia senilai US$70 juta. Di samping itu, UBS Singapura berniat untuk membeli saham Perseroan melalui private placement dan diperkirakan akan mendongkrak harga saham Perseroan menuju Rp500.

Pada penutupan perdagangan bursa kemarin harga saham OKAS ditutup naik 35 poin ke Rp330. [san/cms]



Investor Malaysia Incar Saham APLI

INILAH.COM, Jakarta - Khabar di pasar menyebutkan ada sejumlah bandar yang akan mengkerek saham PT Asiaplast Industries Tbk (APLI) menuju Rp150-200.

Hal ini seiring dengan khabar perusahaan Malaysia tengah bernegosiasi dengan perusahaan. Perusahaan asal Negeri Jiran ini berminat untuk mengakuisisi saham pemiliki lama Perseroan sebesar 15,37% pada PVB Rp150. Selain itu, proyeksi pertumbuhan laba 2010 meningkat 15% turun memberikan sentimen positif.

Sementara itu, pada penutupan perdagangan bursa kemarin harga saham APLI ditutup naik 22 poin ke Rp102. [san/cms]



BUMI Gelar RUPST dan RUPSLB Hari Ini
Agustina Melani

INILAH.COM, Jakarta - PT Bumi Resources Tbk (BUMI) akan menggelar hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Kamis (24/6) ini.

Pada RUPST dan RUPSLB akan meminta persetujuan pemegang saham antara lain persetujuan atas laporan pertanggungjawaban direksi atas jalannya Perseroan untuk tahun buku 31-12-2009, pengesahan neraca dan perhitungan laba/rugi untuk tahun buku 31-12-2009, persetujuan untuk rencana penggunaan laba Perseroan untuk tahun buku 2009 dan penunjukan akuntan publik untuk tahun buku 31-12-2010.

Sementara itu, Perseroan dalam RUPSLB akan meminta persetujuan untuk menjaminkan atau mengagunkan atau membebani dengan hak jaminan kebendaan sebagian seluruh aset atau harta kekayaan Perseroan yang dimiliki secara langsung atau tidak langsung kepada para kreditur, baik kreditur perseroan pada anak perusahaan. Perseroan juga akan meminta persetujuan untuk penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu sesuai peraturan Bapepam-LK No.IX.D dan persetujuan perubahan struktur permodalan serta perubahan anggaran dasar sehubungan anggaran struktur dengan perubahan struktur pemodal tersebut dan pengangkatan kembali susunan direksi perseroan.

Seperti diketahui, BUMI juga akan melakukan non preemtive rights untuk mengurangi utang Perseroan. [cms]



‘Non Preemptive Issue’ Siap Dongkrak BUMI
Ahmad Munjin

INILAH.COM, Jakarta - Saham BUMI, Kamis (24/6) diprediksikan menguat seiring utang perseroan yang dikonversi jadi saham baru hasil non preemptive issue. Kondisi market pun kondusif. Akumulasi beli BUMI!

Pengamat pasar modal, Aji Martono mengatakan, potensi penguatan saham PT Bumi Resources (BUMI) hari ini salah satunya dipicu kabar adanya pihak-pihak yang berpotensi menyerap 10% saham baru yang akan diterbitkan senilai Rp4,59 triliun. Di antaranya China Invesment Corporation (CIC), Credit Suisse, Raiffeisen dan JP Morgan.

Menurutnya, dengan tambahan 10% saham baru, BUMI akan memperkuat performance. Sebab, di satu sisi terjadi penambahan saham, tapi di sisi lain terjadi pengurangan utang.

“Karena itu, BUMI akan bergerak dalam kisaran support Rp1.830 dan Rp2.000 sebagai level resistance-nya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Rabu (23/6) malam.

Pada perdagangan kemarin, saham BUMI ditutup melemah Rp20 (1,03%) jadi Rp1.910 dibandingkan sebelumnya di level Rp1.930. Harga tertingginya mencapai Rp1.930 dan terendahnya Rp1.880. Volume transaksi mencapai 124,6 juta unit saham senilai Rp236,7 miliar dan frekuensi 3.715 kali.

Seperti diketahu, BUMI berencana menerbitkan 1,94 miliar saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias non-preemptive issue. Harga pelaksanaan ditetapkan Rp2.366 per saham atau totalnya senilai Rp 4,59 triliun. Nilai tersebut akan dikonversikan terhadap utang-utang perseroan.

Perseroan saat ini masih dalam tahap akhir finalisasi dengan para kreditur terkait rencana tersebut. Adapun pelunasan, dapat dilakukan pada satu atau lebih kreditur. Hal itu sangat tergantung pada kesepakatan perseroan dengan masing-masing kreditur. “Dengan 4 kreditur menjajaki konversi utang menjadi 10% saham baru, tentu akan sangat positif bagi saham BUMI,” tambah Aji.

Sebab, lanjut Aji, secara cashflow, akhirnya BUMI akan terselamatkan. Karena itu, ke depannya, saham BUMI akan mengalami penguatan. Bagaimanapun PT Arutmin, anak usaha BUMI, masih menjadi andalan sektor batubara Indonesia.

“Itulah yang menjadi alasan CIC dan kreditur lainnya yang berpikir jangka panjang. Daripada hold BUMI, lebih baik mengonversi utang emiten itu menjadi sahamnya,” ucapnya.

Konversi utang jadi saham (debt equtity swap) harus disetujui melalui RUPSLB terlebih dahulu. Sehingga, inilah yang akhirnya akan membuat cash flow BUMI jadi lebih menarik. “Meskipun, pemegang saham lama terdilusi dengan sendirinya,” tukasnya.

Sentimen positif itu, diperkuat kondisi market yang berpotensi positif. Sebab, laju bursa regional dan global pun akan positif. Begitu juga harga komoditas. Sebab, batubara merupakan produk kedua setelah minyak bumi. Kebutuhan akan batubara seperti India, China, dan dalam negeri masih cukup besar. “Secara fundamental BUMI memiliki prospek cukup bagus,” tandas Aji.

Saat ini, lanjutnya, IHSG mengikuti pergerakan market global. Kemarin, di akhir perdagangan, bursa regional berbalik arah menguat hingga hampir ditutup positif. Begitu juga dengan IHSG yang hanya minus 9 poin. Tak terkecuali pergerakan saham BUMI. “Walaupun, pada akhirnya masih ditutup negatif di level Rp1.910,” timpalnya.

Lebih jauh Aji mengatakan, selama dua hari terakhir saham BUMI turun. Tapi, secara teknikal penurunan ini belum mencapai titik support-nya di level Rp1.830. Sehingga saham sejuta umat secara teknikal berpotensi menguat. “Perdagangan hari ini, BUMI akan volatile cenderung menguat,” tambahnya.

Aji merekomendasikan akumulasi beli atas BUMI untuk jangka panjang. Tapi, untuk jangka pendek, sebaiknya investor melakukan trading buy on support. “Jika saham ini turun dan kemudian naik bisa jadi alasan untuk trading,” pungkas Aji. [mdr]



IQplus (24/6) - Intiland Development telah melakukan penjualan 100 persen saham PT Grand Interwisata yang merupakan anak usaha perseroan. Menurut Theresia Rustandi sekretaris perusahaan penjualan dilakukan kepada PT Sejahtera Saktinusa senilai Rp158 miliar. Transaksi ini mencakup pengalihan hutang PT Grand Interwisata sebesar Rp21,28 miliar kepada Sejahtera sehingga total transaksi mencapai Rp179.280.000.000. Nilai transaksi ini telah disepakati berdasarkan penilaian PT Colliers International atas aset yang dimiliki Grand Interwisata. Penjualan saham ini merupakan realisasi dari strategi divestasi aset non core dan low yielding perseroan.

Cermati Penguatan Saham CPRO

INILAH.COM, Jakarta - Menggeliatnya saham PT Central Proteinaprima Tbk (CPRO) dalam tiga hari terakhir disinyalir terimbas sentimen revitalisasi tiga tambak plasma yang rampung tahun ini. Namun ada khabar sejumlah bandar tengah menggoreng saham ini.

Analis PT Lauthandana Securindo, Willy Sanjaya menelisik saham produsen udang ini sudah mengalami kenaikan sejak awal Juni 2010. Dimulai dari harga sahamnya menguat pada posisi Rp57 per saham hingga perdagangan sesi I menunjukan lonjakan 3,57% ke level Rp58.

“Namun saya tidak mengetahui apakah kenaikan ini disebabkan para bandar sengaja menaikkan saham CPRO atau revitalisasi tambaknya yang sudah menunjukkan perbaikan,” ujar Willy kepada INILAH.COM, Jakarta, Rabu (23/6).

Sekedar mengingatkan pada 15 Mei 2010 perseroan masih melanjutkan revitalisasi tambak plasma PT Aruna Wijaya Sakti (AWS), PT Centralpertiwi Bahari (CPB) dan PT Wachyuni Mandira (WM).

Willy melihat jika revitalisasi tambak CPRO sudah berjalan dan pemerintah memberikan dukungan finansial untuk melakukan perbaikan, saham ini akan menjanjikan. Revitalisasi akan membawa harga saham CPRO bisa menuju Rp100 per saham. “Karena kemajuan teknologi peternakan udang makin hebat, asalkan areal peternakan tetap terjaga dengan air payaunya,” bebernya.

Analis lain menyebutkan, menggeliatnya harga saham CPRO lantaran antisipasi Standstill Agreement CPRO yang akan berlaku efektif pada 28 Juni 2010 tentang pembayaran pinjaman pokok sebesar US$325 juta.

Standstill Agreement ini dengan ketentuan pemegang obligasi tidak akan melaksanakan hak mereka untuk mempercepat jatuh tempo pembayaran pinjaman pokok tersebut. “Jadi jika perusahaan siap membayarnya, investor langsung bisa merespon harga sahamnya dengan membeli atau menjual,” ujar analis yang enggan disebutkan namanya.

Di sisi lain, pelaku pasar membisikkan kenaikkan saham CPRO memang sengaja digoreng sejumlah bandar, namun faktor tersebut bukan menjadi penunjang kenaikan utama. Kenaikan terdorong induk perusahaannya, yakni PT Charoen Pokphan (CPIN) menuju level Rp3.600 lantaran permintaan tinggi akan pakan ternak di Thailand.

CPRO merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri dan perdagangan unggas, udang, dan makanan ikan. Melalui anak perusahaannya, perseroan juga mengelola pertenakan udang dan unggas, memproduksi dan menjual tas plastik tenunan serta alat-alat peternakan.

Berdasarkan data Dunia Investasi per Juni 2010 tercatat Danareksa Sekuritas (OD) paling aktif membeli saham CPRO. Pada 2 Juni 2010, awal mula investor lokal Danareksa membeli 110.000 lembar senilai Rp5.500.

Transaksi pembelian masih berlangsung hingga 22 Juni 2010. Transaksi pembelian terbanyak terjadi pada 18 Juni sebanyak 53,397 juta lembar saham senilai Rp3,483 juta sedangkan 22 Juni pembelian hanya sebanyak 7,841 juta lembar senilai Rp445,811.

Pada perdagangan Rabu (23/6), harga saham CPRO menguat Rp2 (3,57%) ke level Rp58 dengan volume sebesar 273.044 senilai Rp8,004 miliar.