Sunday, May 9, 2010

MORNING NEWS

IQPlus (10/5) - Dewan Eksekutif Dana Moneter Internasional (IMF), Minggu, menyetujui pinjaman senilai 30 miliar euro untuk Yunani, sebagai bagian dari paket talangan senilai 110 miliar euro untuk negara yang terlibat utang itu. Dalam pernyataan singkatnya, IMF dalam sesi persidangan khusus menyetujui pinjaman siaga selama tiga tahun.

End (AF)

IQPlus (10/5) - Euro naik ketika para pemimpin eropa setuju memberi pinjaman kepada Yunani
senilai 500 miliar euro. Euro juga menguat terhadap 13 dari 16 mata uang aktif dunia. Euro berada di level $1,2883 jam 9:29 waktu tokyo dari penutupan akhir minggu lalu yang $1,2755. Euro juga naik terhadap yen menjadi 118,52 yen dari 116,81. Dolar juga menguat terhadap yen menjadi 91,99 dari 91,59.

End (AF)



IQPlus (10/5) - Harga minyak mentah naik untuk pertama kali dalam lima karena spekulasi bahwa para pembuat kebijakan di daratan eropa akan mampu menjaga kestabilan kawasan itu. Harga minyak pengiriman Juni naik $1,38 menjadi $76,49 per barel di NYMEX. Dan berada di level $76,28 jam 7:22 waktu Singapura.


End (AF)


IQPlus(10/5) - PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) menetepkan pembayaran Dividen sebesar Rp40 per saham dan melakukan pembayaran dividen pada tanggal 17 Juni 2010.Adapun, Cum dan Ex Dividen di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi pada 31 Mei dan 1 Juni 2010, Cum dan Ex Dividen di Pasar Tunai pada 3 dan 4 Juni 2010. Recording date Dividen pada 17 Juni 2010.

End (As)


Rumor Bursa
Cermati Saham BII

(inilah.com/Agung Rajasa)

INILAH.COM, Jakarta - PT Bank International Indonesia Tbk (BNII) dikabarkan bakal meningkatkan kepemilikannya di PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOMF) dari 50,03% menjadi 90%.

Memeng, BII mau menguasai mayoritas saham WOMF seperti yang dilakukan PT Bnak Danamon Tbk (BDMN) terhadap PT Aldira Dinamika Multifinance Tbk (ADMF) sebanyak 95,5%.

Sedangkan, pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, harga shaam BNII ditutup di level Rp285 sedangkan saham WOMF ditutup di level Rp300. [san/cms]




Rumor Bursa
Intilan Bakal Dikerek Menuju Rp1.500

(inilah.com)

INILAH.COM, Jakarta - Saham PT Intiland Development Tbk (DILD) kabarnya akan dikerek menuju level Rp1.500, karena perseroan telrah merampungkan pembangunan Ngoro Industrial Park tahap II.

Pembangunan itu dilaksanakan di Mojokerto, Jawa Timur. Seluruh unit ptoperti komersial pada lahan seluas 240 ha tersebut laku terjual. Intilan pun kini tengah membangun pengambangan Ngoro Industrial Park tahap III dengan mengakuisisi lahan seluas 700 ha senilai Rp300 miliar.

Sementara itu, pada penutupan perdagangan bursa akhir pekan lalu ditutup di level Rp990. [san/cms]





EKSPANSI HOLCIM

Holcim Akan Bangun Pabrik Senilai US$ 450 Juta di Indonesia



JAKARTA. Holcim Ltd, produsen semen terbesar kedua di dunia bakal menginvestasikan dana US$ 450 juta untuk membangun pabrik semen di Indonesia. Maklum, perusahaan semen asal Swiss ini berniat menyerap permintaan semen yang terus tumbuh seiring moncernya bisnis konstruksi di Asia.

Menurut siaran pers yang diterbitkan Holcim Ltd, Jumat (7/5), pembangunan pabrik semen baru Holcim di Indonesia merupakan keputusan dari jajaran direksi dan komisaris Holcim Ltd. Pabrik yang bakal berlokasi di Tuban, Jawa Timur itu memiliki kapasitas produksi 1,6 juta metrik ton per tahun.

"Pabrik baru ini memiliki fasilitas bongkar muat di laut lepas dan bakal mulai beroperasi pada semester pertama 2013," tulis manajemen Holcim Ltd dalam siaran pers tersebut. Jika semua proses perizinan dari pemerintah setempat berjalan lancar sesuai target yang telah ditentukan, investasi ini memungkinkan PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) untuk mengikuti permintaan pasar yang terus tumbuh.

Pabrik baru ini akan melengkapi fasilitas produksi dan jaringan distribusi dari dua pabrik semen yang dimiliki Holcim Indonesia, serta satu pusat penggilingan semen yang total kapasitas produksinya mencapai 8,6 juta ton per tahun. "Saat ini, Holcim memiliki pabrik semen di Jawa Barat dan Jawa Tengah sehingga pabrik semen baru ini nanti akan membantu mengoptimalkan biaya logistik dan membuka pasar dengan biaya yang efisien di Jawa Timur, Kalimantan, dan Indonesia Bagian Timur," jelas manajemen Holcim.

Saat ini, Holcim memang mengandalkan pertumbuhan dari ekspansinya di pasar negara-negara berkembang (emerging markets) termasuk Asia dan Amerika Latin. Markus Akermann, Chief Executive Officer Holcim Ltd, seperti dikutip Bloomberg mengatakan bahwa perekonomian di Eropa dan Amerika Utara masih menunjukkan ketidakpastian.

Holcim telah membelanjakan lebih dari US$ 3 miliar untuk akuisisi di wilayah Asia-Pasifik . Pasalnya, produsen semen ini ingin memangkas ketergantungan terhadap pasar negara-negara maju dan menarik keuntungan dari pembangunan infrastruktur di kawasan Asia-Pasifik.

Pascakrisis ekonomi tahun 1990-an, ekonomi Indonesia telah pulih. Pada periode 2000-2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata tumbuh 5% per tahun dan konsumsi semen meningkat pesat. Pertumbuhan volume konsumsi semen terbesar tercatat di Pulau Jawa. Tahun 2009 silam, Holcim Indonesia mencatat pendapatan sebesar US$ 500 juta. Saat ini, Holcim Indonesia mempekerjakan sekitar 2.500 karyawan.


Hari Widowati




Juli, BNI Securities 'Spin Off' Manajer Investasi
Agustina Melani

(IST)

INILAH.COM, Jakarta - PT BNI Securites akan melakukan spin off perusahaan sekuritas dengan manajer investasi pada Juli 2010.

"Rencana spin off akan dilakukan setelah Rapat Umum Pemegang Saham yang diselenggarakan 12 Mei," ujar Direktur Utama BNI Securities, Eddy Siswanto pekan lalu.

Eddy mengatakan, perseroan akan melakukan penataan manajemen setelah spin off tersebut. Saat ini, BNI Securities memiliki dana kelolaan mencapai Rp5 triliun.

Perseroan menargetkan dana kelolaan mencapai Rp8 triliun hingga Rp10 triliun hingga akhir tahun ini. Seperti diketahui, komposisi dana kelolaan Rp5 triliun tersebut terdiri dari reksadana penyertaan terbatas sebesar 50%, reksadana terproteksi sebesar 47% dan reksadana konvensional sebesar 3% yaitu berupa saham dan pendapatan tetap.

Lebih lanjut ia mengatakan, belum akan menerbitkan reksadana baru sebelum spin off dilakukan. Saat ini, perseroan akan fokus melakukan proses spin off. Langkah ini sebagai reaksi kebijakan Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) yang meminta perusahaan efek untuk memisahkan perusahaan sekuritas dengan manajer investasi. [hid]