Sunday, June 6, 2010

MORNING NEWS

Rumor Bursa
Saham MASA Dikerek Menuju Rp500

INILAH.COM, Jakarta - Saham PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) kabarnya akan dibawa bandar menuju Rp500 terkait rencana private placement mitra strategis asing ke perseroan.

Mitra strategis perseroan menilai langkah manajemen menggenjot ekspor ke mancanegara menjadi sentimen positif. Selain itu, perseroan dikabarkan akan mendapat pendanaan dari penjamin aset. Wacana itu semua akan dibahas dalam RUPS persertoan pada Kamis (10/6).

Pada penutupan perdagangan bursa akhir pekan lalu, harga saham MASA ditutup naik 5 poin ke level Rp245. [san/cms]



Rumor Bursa
Cermati Saham APLI

INILAH.COM, Jakarta - Para bandar kabarnya akan menggerek saham PT Asiaplast Industries Tbk (APLI) untuk jangka pendek seiring dengan rencana perseroan emisi rights di 13:5.

Perseroan pun sudah menunjuk investor strategis sebagai pembeli siaga. Menurut kabar, perseroan akan menambah kepemilikan saham melalui pasar sekunder. Hal ini dimanfaatkan bandar untuk mengerek saham APLI ke level Rp130.

Sementara itu, pada penutupan perdagangan bursa kemarin harga saham APLI ditutup naik 4 poin ke level Rp84. [san/cms]




Prediksi Indeks Pekan Ini
Saatnya Beralih ke Saham Defensif
Ahmad Munjin

INILAH.COM, Jakarta – IHSG pekan ini berpeluang turun seiring negatifnya sentimen market. Non-farm payroll AS yang di bawah ekspektasi dan pelemahan euro jadi katalisnya. Saham-saham defensif jadi pilihan.

Pengamat pasar modal, Ukie Jaya Mahendra memperkirakan, tren pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ^JKSE pekan ini akan melemah seiring negatifnya sentimen market regional dan global terutama AS. Keadan ini dipicu data penambahan lapangan kerja lebih lambat dari perkiraan.

Publikasi data itu, lanjut Ukie sangat mengecewakan karena investor sebelumnya berharap kenaikan signifikan. Ini juga berarti pemulihan ekonomi dan sektor tenaga kerja AS akan berlangsung bertahap.

“Karena itu, indeks akan mengarah ke level support 2.700-2.500 dan 2.900 sebagai resistance-nya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Minggu (6/6).

Level itu, merupakan penurunan 10%, hal itu bukan tak mungkin terjadi. Tapi, sebelum menyentuh level 2.500, indeks akan melemah ke level 2.700 terlebih dahulu. Akhir pekan lalu, IHSG ditutup naik 12,27 poin (0,44%) ke level 2.823,25. Begitu juga LQ45 yang menguat 2,5 poin ke posisi 548,11.

Perusahaan AS menciptakan 431 ribu lapangan pekerjaan, lebih rendah dari perkiraan 513 ribu. Lapangan kerja di sektor swasta juga hanya bertambah 41 ribu, lebih rendah dari estimasi dan publikasi sebelumnya. Di sisi lain, tingkat pengangguran memang turun menjadi 9,7%, namun ini lebih disebabkan berkurangnya jumlah warga AS yang mencari pekerjaan.

Potensi pelemahan indeks pekan ini juga dipicu pelemahan kembali mata uang gabungan negara-negara Eropa (euro). Euro tembus level US$1,2 per dolar AS dan mencetak level rendah 4 tahun sejak 2006, ke level US$1,1971. Hal ini dipicu pernyataan juru bicara pemerintah Hongaria yang mengindikasikan negaranya mungkin akan bangkrut.

Dalama kondisi ini, menurut Ukie, investor beralih ke safe haven seperti emas, sehingga memicu komoditas yang lain turun sepertinya minyak mentah dunia yang turun ke level US$70,91 per barel. “Sementara itu, harga emas naik ke level US$1.222 per ons,” timpalnya.

Dalam kondisi ini, Ukie menyarankan investor beralih pada saham-saham defensif seperti PT Unilever (UNVR), PT Gudang Garam (GGRM), PT HM Sampoerna (HMSP), dan PT Telkom (TLKM). “Saham lain jual dulu, dan beralih ke saham defensif tadi,” pungkas Ukie. “Kalau sudah mendapatkan untung, realisasikan.”

Sementara itu, pengamat pasar modal Satrio Utomo memperkirakan, laju IHSG pekan ini akan datar cenderung melemah. Menurutnya, memang tren IHSG ^JKSE masih berada pada jalur penguatan, tapi, karena market regional tidak mendukung, peluang indeks melemah lebih besar daripada kemungkinan menguat.

Dia menegaskan, tekanan jual (selling pressure) sangat besar. “Indeks akan mengarah ke level support 2.750 dan 2.860 sebagai level resistance-nya,” ucapnya.

Pelaku pasar secara umum, lanjutnya, masih khawatir terhadap krisis fiskal di Eropa. Terlebih lagi, pasar juga masih mencermati apakah krisis ini sudah akan berakhir atau justru akan bertambah buruk. “Saat ini, pasar khawatir, krisis Eropa lebih buruk daripada yang dibayangkan, sehingga memicu orang untuk melakukan tekanan jual,” imbuhnya.

Namun demikian, untuk terjadinya super bearish, misalnya Dow Jones bergerak ke arah level support 8.500-8.000 hal itu belum akan terjadi. Sebab, secara teknikal pelemahan Dow Jones belum menembus level support 9.800. “Karena itu, indeks saat ini, berada di persimpangan,” ucapnya.

Dalam pekan ini, imbuhnya, indeks mencari arah, apakah akan menembus level resistance 3.000 terlebih dahulu untuk kemudian melemah kembali dan indeks kembali menguat ke level 3.500 di akhir tahun. Atau, indeks justru turun ke level 2.200-an dan baru mencapai level 3.000 tahun depan. “Keadaan ini, akan ditentukan dalam sepekan ke depan,” timpalnya.

Masalahnya, lanjut Satrio, pada saat indeks berada di level-level penentuan, berbarengan dengan momen piala Dunia 2010 akhir pekan ini yang memicu tipisnya volume transaksi. “Pada saat transaksi tipis, pelaku pasar cenderung melakukan aksi jual daripada beli,” ungkapnya.

Dalam kondisi itu, Satrio menyarankan pasar hati-hati dan antisipatif terhadap semua saham. Sebab, indeks memiliki peluang melemah ke level 2.200. “Meskipun kemungkinan itu kecil tapi tetap ada,” ungkapnya.

Saham-saham pilihannya adalah PT United Tractors (UNTR), PT Astra Internasional (ASII), PT Indocement (INTP), PT Bukit Asam (PTBA), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Mandiri (BMRI), dan PT Bank Central Asia (BBCA). “Jika indeks mendatar di atas support, ‘wait and see’ saja, tapi jika di bawah support saatnya beli saham-saham tersebut,” pungkas Satrio. [mdr]




IQplus, (17/5) - PT Lautan Luas Tbk (LTLS) akan membagikan dividen tunai sebesar Rp34,- per saham atau total Rp26.520.000.000,- kepada pemegang 780.000.000 saham Perseroan yang namanya terdaftar dalam daftra pemegang saham Perseroan tanggal 1 Juli 2010 pukul 16.00 WIB dan pembayaran dividen tersebut dilakukan mulai tanggal 15 Juli 2010.
Adapun cum dan ex dividen di pasar reguler dan negosiasi pada 28 dan 29 Juni 2010, sedangkan cum dan ex dividen di pasar tunai pada 1 dan 2 Juli 2010.

End (As)



AKSI KORPORASI
Greenshoe Bank BNI Rp 1,2 Triliun


JAKARTA. Pemerintah berencana menjual saham opsi penjatahan lebih alias greenshoe PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) pada tahun ini. Penjualan greenshoe sebanyak 3,1% atau sebesar 473,84 juta saham ini demi menutupi target Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP).

Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Said Didu mengatakan target penjualan greenshoe ini dinaikkan oleh pemerintah. "Targetnya menjadi Rp 1,2 triliun," katanya, kemarin. Padahal, sebelumnya pemerintah hanya menargetkan penjualan saham greenshoe ini sebesar Rp 900 miliar hingga Rp 1 triliun.

Menurut Said, target ini bisa saja tercapai namun bisa juga tidak. Kata Said, jika target ini tidak tercapai, maka ia tidak bisa berbuat apa-apa. Maklum saja, penjualan saham greenshoe ini sangat tergantung dengan harga pasar saat pelepasannya.

Said menegaskan jika pelepasan greenshoe ini akan bersamaan dengan penerbitan saham baru alias rights issue BBNI. "BBNI sudah mendapatkan persetujuan dari pemerintah, tinggal menunggu persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)," tegasnya.

Seperti diberitakan KONTAN kemarin (4/5), BBNI berniat menambah kepemilikan saham publiknya dari 23,64% menjadi 40%. Jika target ini tercapai, maka BBNI bisa mengantongi dana antara Rp 4 triliun hingga Rp 7 triliun. Dengan rights issue ini, maka rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) BBNI bisa naik dari 13,1% menjadi 15% hingga 16%.

Pada perdagangan akhir pekan lalu (4/5), harga saham BBNI melemah Rp 25 per saham menjadi Rp 2.450 per saham. Jika berdasarkan harga sahamnya kemarin, maka dana yang bisa didapat pemerintah adalah Rp 1,16 triliun.